Pesawat

Sabtu, 25 Juni 2011

Day 15, Burung Layang-Layang : Kisah Buruh Migran yang Berkelana



Burung Layang-Layang
by : Tasya

tampak jelas di langit biru jernih
sekawan burung layang-layang
dengan akrab terbang beriring-iring
dengan bebas melayang-layang

sungguh senang mereka terbang
turun naik berkeliling
berkejaran tak hentinya
damai tenang bercengkrama

Penggalan lagu ini sebenarnya merupakan lagu anak-anak yang riang. Namun entah ketika saya mendengarkan yang ada justru perasaan terasing dan menginginkan suatu kebersamaan dan kebebasan seperti yang didengungkan liriknya. Burung Layang-Layang, seperti layaknya nama identitas yang saya pilih merupakan simbol kebebasan, kekuatan dan ketertarikan untuk melakukan perjalanan jauh demi apa yang dicapainya.

Bebas berarti Sendiri, Atau...?

Saat terbang apakah kita benar-benar punya kawan? Jangan-jangan tidak. Saya jadi ingat curahan hati teman-teman ketika memulai perjalanan ke luar negeri (lebih-lebih) untuk yang pertama kalinya. Apakah mereka paham lingkungan mereka yang baru? Apakah mereka mampu membangun pertemanan dengan orang-orang baru di negerinya kemudian? Apakah mereka mendapatkan apa yang mereka harapkan.

Alkisah, buruh migran yang mencoba menjadi burung Alang-Alang. Mereka adalah pejuang tangguh, menempuh perjalanan jauh, dengan memakai "sayap" (kemampuan) kecil mereka. Meninggalkan sanak keluarga, tanah kelahiran dan serta penghidupan yang telah mencukupi mereka hingga mereka berangkat.

Saya menjadi sangat sentimentil hari-hari ini untuk soal keterasingan, kesendirian dan soal meninggalkan tanah kelahiran. Memilih untuk pergi itu semua apakah suatu hal yang mereka inginkan? Bukankah hujan batu di negeri sendiri lebih baik daripada hujan emas di negeri orang? Itu kata pepatah...

Baik, sekarang kita membicarakan bukan satu-dua orang pejuang namun jutaan pejuang di luar negeri.Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan BAB VI Pasal 31 disebutkan bahwa
"Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri."
Kalau begitu mengapa mereka tidak cukup dengan berada di dalam negeri saja? Dan kenyataannya, kesempatan tak pernah 'sama' untuk para Buruh Migran Indonesia (BMI). Ketika mereka bermasalah, seakan semua pihak cuci tangan membiarkan mereka 'sendiri'. Mungkin berbeda ketika mereka 'terbang' untuk berangkat dan 'terbang' untuk pulang. Kepergian mereka akan disambut dengan calo dan oknum yang memeras tidak hanya materi namun juga kehormatan mereka. Dan ketika mereka pulang dengan membawa masalah, mereka akan kembali sendiri.

Dan apakah Buruh Migran Indonesia yang 'terbang', tidak mempunyai takdir seperti yang dilukiskan oleh lagu "Burung Layang-Layang" ini?
"Damai tenang bercengkrama"
.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar