Pesawat

Rabu, 13 Juli 2011

Terbang dengan Kebebasan : Kebenaran menurut azas pemversian

Kalau saya bisa memutar waktu ingin saya katakan.
“Pak, saya benar-benar tidak bersalah”

Invictus (which is Latin, meaning ‘unconquered’)*
Out of the night that covers me, 
Black as the pit from pole to pole, 
I thank whatever gods may be 
For my unconquerable soul.

In the fell clutch of circumstance 
I have not winced nor cried aloud. 
Under the bludgeonings of chance 
My head is bloody, but unbowed.

Beyond this place of wrath and tears 
Looms but the Horror of the shade, 
And yet the menace of the years 
Finds and shall find me unafraid.

It matters not how strait the gate, 
How charged with punishments the scroll,
I am the master of my fate: 
I am the captain of my soul.

*(Ditulis oleh William Ernest Henley. Ketika berada dalam penjara, Nelson Mandela membaca puisi ini, dan puisi inilah yang terus mendorongnya untuk tetap maju dan memimpin bangsanya suatu hari kelak.)


Malam ini, saya disuguhi acara di sebuah stasiun televisi yang membahas soal “Korban Salah Tangkap”. Dari tayangan tersebut, saya pun menelusur via Google, dari saringan awal input keyword dari kata Korban Salah Tangkap mencapai Sekitar 471,000 hasil (0.09 detik)[i], boleh saja direduksi bahwa tingkat kevalidan data dari Google tersebut secara ekstrim menjadi 5% saja, toh angka tersebut masih masih fantastik jumlahnya 23.550 kasus. Saya mengakui mungkin itu merupakan suatu cara penelusuran bodoh tentang fakta tersebut dan dari acuan media web.

Benar Vs Salah, Mengadili Vs Pengadilan.


Saya pernah membaca novel karangan Luis Sepulveda, yang judul penerjemahannya “Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta”. Di suatu fragmen babnya ada sebuah kisah, ditemukan sesosok mayat dengan penuh luka cabikan. Walikota di sisi ini menyalahkan macan kumbang sebagai biang kerok dari kematian, Napoleon Salinas. Namun atas pengamatan Antonio Jose Bolivar Proano, macan kumbang itu tidak mungkin melakukan tindakan tersebut  tanpa terpancing sebelumnya.

Saya juga pernah menuliskan resensi singkat saya sebuah buku berjudul “The Outsider” karangan Albert Camus, yang diterjemahkan oleh Ermelinda, terbitan Liris. Saya menarik topik “The Outsider” dengan opini saya tentang menghakimi dan mengadili seseorang karena sesuatu. Sesuatu itu adalah sebuah konsep “Benar atau salah”, bagaimana indikatornya.

The Outsider (Sang Pemberontak) : Kepatutan Moral
http://resensi-nisa.blogspot.com/2010/06/outsider-sang-pemberontak-kepatutan.html
Penulis : Albert Camus
Penerjemah : Ermelinda
Penerbit : Liris
Ukuran : 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-95978-8-2
Tebal : 164 halaman

Pertama menemukan buku ini sewaktu jalan-jalan di sebuah rak toko buku besar. Jadi tertarik, itu benar. Saya pernah mendengar nama Camus waktu nonton film malahan. Saya lupa judulnya, yang jelas tokoh pria di film tersebut sangat memuja tokoh Camus sampai-sampai ia memakai nama Camus untuk menyewa sebuah kamar hotel yang dipakai si tokoh pria untuk menginap bersama kekasihnya. Padahal sepasang kekasih itu masih di bawah umur dan belum menikah. Intinya pada saat itu mereka sedang dalam keadaan kabur dan aku pikir ini ada kaitannya dengan bacaan si tokoh pria. Dari segi judul, menarik Sang Pemberontak hehehehe... tak ada yang tahu bahwa dalam diri saya sebenarnya tokoh polos yang ingin keluar sangkar.


Bagian pertama saya diajak mengenal karakter tokoh Mersault yang "nrimo", datar dalam menunjukkan ekspresi, boleh dikatakan ia adalah orang yang kalau orang jawa bilang "opo onone" alias apa adanya. Maka ketika dihadapkan pada situasi bahwa ia lebih memilih panti wreda sebagai tempat masa tua ibunya. Penulis juga memaparkan apa adanya bahwa kondisi keuanganya tidak mencukupi, bahwa ia lebih sering tidak enak membiarkan ibunya kesepian. Kemudian ketika Mersault harus menghadapi kenyataan bahwa ia harus kehilangan ibunya, ia pun dengan sangat jelas menyatakan bahwa sama sekali tidak merasa bersedih. Saya cukup memahami kehilangan bagi setiap orang sangat berbeda-beda takarannya, mungkin dalam contoh kasus Mersault ia lebih merasa kehilangan Marrie, kekasihnya, dibanding saat kehilangan ibunya. Betapa norma dan ketetapan moral etika sering kali membentur-benturkan kepantasan bahwa kehilangan seorang ibu seharusnya lebih menyakitkan dan mampu menimbulkan kesedihan yang sangat dibanding kehilangan seorang kekasih.


"... Bagaimanapun kenangan tentang Marie memiliki arti sesuatu bagiku. Aku tak tertarik lagi padanya jika ia sudah meninggal."


Intinya adalah penulis mencoba menghadirkan bahwa Mersault adalah orang yang sangat apa adanya, ia tidak perlu berakting seolah-olah ia merasa kehilangan dengan sosok ibu, disebutkan bahwa ia sama sekali tidak menangis pada saat upacara kematian ibunya.


Namun, apa yang terjadi ketika faktor kepatutan moral dan etika itu dibenturkan dengan sikap apa adanya individu? Dan bukan tindakan pembunuhan dan efek pembunuhan itu yang membuat Mersault harus menyerahkan dirinya dihadapan hunusan guillotine. Bukan, bukan karena itu. Ia harus menghadapi masa penghabisannya karena dakwaan kepatutan moral dan etika dalam merespon kehilangan.


Paradoks yang sama adalah ketika penulis menghadirkan sebuah situasi dimana arti anjing kudisan dan penuh borok Salamano sama berartinya dengan kehadiran istrinya, atau ketika Mersault mempunyai hubungan pertemanan dengan Raymond (seorang mucikari) dan ia ditempatkan dalam situasi ia membela Raymond saat Mersault harus membunuh orang Arab yang menguntit keberadaan Raymond. Dalam tataran pranata sosial, masyarakat meyakini bahwa manusia dalam hal ini istri Salamano, lebih berharga daripada anjing Salamano. Dan bahwa sebuah kepatutan yang lain, bahwa seseorang dari kalangan baik-baik tentu tidak akan menjalin hubungan pertemanan dengan seorang mucikari. Anggapan bahwa mucikari adalah penyakit masyarakat.


Lepas dari itu saya jadi mengingat pengalaman saya beberapa waktu dulu, suatu saat saya sedang janjian dengan seorang kawan di sebuah toko. Entah sengaja atau tidak pada saat itu kawan saya melakukan tindakan yang dianggap menyalahi aturan. Karena saat itu saya bersama dengan dia, maka saya pun dianggap komplotan. Cukup sangat membuat malu sebenarnya karena sampai melibatkan kepolisian. Saya terbukti tidak bersalah, tapi sebuah tindakan kepatutan masyarakat ketika saya membela teman saya yang dicap "bersalah" membuat saya juga dicap "bersalah". Sebegitukah nilai yang dijunjung manusia itu? Sehingga membuat orang yang "didakwa" itu me mang dihadapkan pada situasi dia tidak bisa membela diri, dipersalahkan, dan dilabel, kadang analogi dakwaan pun dipaksakan dikait-kaitkan?


Saya sempat memikirkan menjadi orang "putih" itu memang susah...

**
Apakah yang salah, kemudian harus diadili?

Mungkin, bagi versi Walikota dalam novel Sepulveda itu, macan kumbang adalah di pihak yang salah. Maka ia harus diadili dengan sebutan “bersalah”. Saya yang sewaktu itu mengantarkan teman saya berbelanja, meskipun saya tidak bersalah saya tetap saja “dipaksa” menenteng kertas bertulis “SAYA PELAKU KRIMINIL”. Difoto, dan foto saya disebarkan di pusat perbelanjaan itu. Atau bagi masyarakat dan juri pengadilan, Mersault, yang membela diri, dengan membunuh seorang penguntit, yang membuntuti Raymond, temannya yang profesinya mucikari adalah pihak yang salah.

Maka salah dan benar kemudian berakhir dalam skenario pengadilan. Kemudiain benar dan salah adalah berbicara soal bahasa pemversian. Kebenaran siapa yang patut dibela menjadi hal yang tidak bisa dimiliki oleh setiap orang. Keadilan menjadi suatu konsep yang sangat jauh direngkuh. Lalu ketika orang yang tidak bersalah dijebloskan ke penjara atau menjalani sebuah hukuman – apapun bentuknya, siapapun orangnya, mestinya mereka wajib bertanggung jawab.

Siapa yang harus bertanggungjawab atas penahanan Dian dan Rendy ditahan karena kasus penyelundupan iPad dan hal tersebut  berdampak  pada karier mereka. Bagaimana dengan nasib Prita terdakwa pelaku pencemaran nama baik atas sebuah instansi Rumah Sakit Swasta. Anak Prita terancam tidak memperoleh pengasuhan ibunya saat, sang ibu bila nantinya dipenjara.  Atau mungkin dengan Imam Hambali, terdakwa pembunuhan Mr XX yang dikira Asrori dan ternyata jenazah tersebut bernama bernama Fauzin Suyanto, dan jenazah tersebut diakui oleh pelaku Ferry Idham Henyanshah. Imam Hambali alias Kemat belum juga mendapatkan rehabilitasi atas kesalahan vonis, dan siapa yang harus menanggung kerugian biaya pengadilan yang saat ini diutang oleh Kemat? Segala hartanya habis. Ketika ditanya apakah ia akan menuntut? Kemat tidak menjawab apa-apa selain mata yang berkaca-kaca. [ii]

Mahatma Gandhi berkata:
“Ketika kita menjebloskan seorang yang tidak bersalah, sesungguhnya itu merupakan suatu bent uk kejahatan”

"Fly Away"

[Nelly Talking]
Free City
This is a shout out to every young brother ya know
That's doin his thing right now
Keep ya head up...
He’s walkin' the yard wishin' he had wings
Ya know so he could fly up out that joint
Man

[Intro]
If I could, fly away
Ooo and I wouldn’t come back no more
I, I’d turn around,
Just to see you for the last time,
See, now I know
Hey, that it won’t be easy
I done fought in a battle, and I done made it this far
I gotta few more feet, but its still the longest yard

[Verse 1]
Man, it’s the longest yard I ever had to get in my life
And see my life ain’t right, if my wife don’t write
My niggas cant eat if the fish don’t bite
My raise the gross sales, like Mike and Nike
Now big brother almighty
I keep a gamma ray, i’ma G-5 G
Take a G-5 jeep, G-5 deep
Too some of their bare feet
And that jeep don’t speak
Listen mayne they lock it down round herre
See body bag and gag and your found round herre
This as serious as it sound round herre
The guards guard the ground, 4 pounds round herre
And they ain’t playin, they’re just lettin you know
That anything they want to happen, nigga happen real slow
Get the word from upstairs, put you in that hole
I cant take it, I’m just ready to go

[Chorus]
If I could, fly away
Ooo and I wouldn’t come back no more
I, I’d turn around,
Just to see you for the last time,
See, now I know
Hey, that it won’t be easy
I done fought in a battle, and I done made it this far
I gotta few more feet, but its still the longest yard
Yeah yeah, its still the longest yard
Uh uh, its still the longest yard
Um um, its still the longest yard
I done fought in a battle and I done made it this far

[Verse 2]
I’m in my cell 20 hours a day
And doin push-ups ever hour a day
Cause im tryin to keep the cowards away
Thats why im markin off the calendar days
Tryin to get it out of the way
And im just tryin to keep a piece of mine
And im gon shame a motherfucker with a piece of mine
Cause he tryin to take a piece of mine
So im gon slice his ass a piece at a time
But now that they close the door
Lock me in, in a cell 30 deep but its built for 10
Tell me what kind of world they got you in
With the barbed wire fences, box u in
From now, til they turn off the lights
I’ma read anything in sight
Its kinda hard tryin to read at night
But I’ma change my life
And hope another brother take this flight

[Chorus]

[Verse 3]
(Oohh no) I gotta make it out this place some how
(Oohh no) Man I really believe that I done turned it around
(Oohh no) You see, all I need is that second chance to show,
since incarceration, my obligation of rehabilitation
(Oohh no) They can punch me high, and they can kick me low
(Oohh no) Spit on me, it's gonna take more than that for them to break my soul
(Oohh no) Man its hard for people to understand what its like to be,
gated, incarcerated , I just cant take it, but I’ma make it man to see better days

[Chorus]

[Hook]
If I could fly away,
If I could I turn around,
If I could fly away


[ii] Reportase Mata Najwa, Metro TV, tanggal 14 Juli 2011 edisi “Korban Salah Tangkap”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar